Mengatasi Rasa Cemas

by - 9:32:00 PM


Kok smsku gak dibalas yak? Jangan2 sengaja nih gak dibalas gara2 aku ngamuk gak dibeliin Hammer? Ato jangan2 lagi makanin ikan hiu di kolam renang? Ahh, gak mungkin! Ikan hiunya kan sekarang udah dipindahin ke sungai Mahakam. Trus, kenapa gak dibalas yakk? Hmm..jangan2 ada main nih.. Main sama cewek tetangga sebelah? Ahh,gak mungkin! Tetangga sebelah kan gak punya anak cewek. Ohh, aku baru ingat. Ternyata  yang cewek itu anjingnya tetangga sebelah.. 
search by google

Pernah donk yakk ngerasa cemas kaya gini? Apalagi klo sms / telpon / email / chatingan di facebook dll gak dibales2 sama pasangan tersayang. Kenapa? Yaah, mana aku tahu kleee.. Nahh, makanya sekarang aku pengen bagi2 info buat kalian. Cara melibas rasa cemas. Sebenarnya sih aku juga dapat info ini dari majalah langgangan kesayangan kakak cewek aku yang udah jadul banget.
Tahu majalah ANITA gak? Itu loh majalah remaja yang pertama kali terbit tahun 1978, digagas oleh almarhum Risman Hafil dan akhirnya harus "check out" pada pertengahan 1990-an. Isinya keren abizzzz. Ada cerpen (cerita pendek), cerber (cerita bersambung), cermin (cerita mini), cermis (cerita misteri), info2 artis, tips, zodiac de el el. Tapi di majalah ini ada keunikannya tersindiri looh. Mereka lebih menekankan karya tulis anak remaja, guys. Jadi, klo kalian punya bakat nulis2 ato ngarang cerita tapi yang remaja looh, bisa dikirim kesini. Sayangnya sekarang majalah ini udah gak jalan lagi... Yahh, padahal kan aku juga pengen kirim karya ilmiahkuuuuuuu..:’(
Nahh, sekarang aku mau bagi2 info niiih..
Disimak yakkk..:D

a.   Aneka Sebab
Kecemasan memang ditimbulkan oleh aneka sebab. Karena kegagalan2 di masa lalu misalnya, orang bisa cemas. Bisa trauma alias takut hal serupa terjadi lagi. Ato bisa juga karena sebab mencemaskan masa depan. Seperti mau jadi apa, mau sekolah di mana, ntar klo punya pacar takutnya gak dapat yang punya hammer (klo ini murni aku yang nambahin lo yakk :D) dan sebagainya.
Pernah gagal ketika ikut seleksi AFS (American Field Service), AFI, Indonesian Idol, X Factor, lembaga pertukaran siswa antar bangsa misalnya, bisa mengendurkan semangat ikut seleksi pada event2 lain. Ini sangat mungkin terjadi, karena biasanya kegagalan menjadi tolak ukur keberhasilan seseorang.”Kayaknya gue gak bakal menang klo ikut lomba itu deh. Mendingan gue ikut lomba makan krupuk aja. Soalnya kan aku paling cepet makannya.” Banyak keluhan pesimistis begitu yang kerap kita dengar.
Sesungguhnya, ajang apa pun namanya, membuka kesempatan pada setiap orang. Persoalannya adalah mampu ato gak kita memenangkannya. Memang, banyak faktor agar bisa keluar sebagai pemenang. Antara lain, faktor kemampuan dan keberuntungan ato faktor dukun (Jjjiiiaaahh..jangan ditiru yakk :D). Kemampuan menjadi tolak ukur keberhasilan itu sendiri, sedang keberuntungan sendiri sesungguhnya gak bisa kita andalkan. Ia lebih menyerupai ‘keajaiban’.
Kecemasan datang seiring dengan persoalan yang ada. Rasa cemas yang dialamin kaya di atas tuh mungkin Cuma sedikit dari sekian banyak kecemasan.

b.   Perlindungan
Kita memang perlu melindungi diri dari hal-hal yang bakal mencemaskan. Caranya, gak lain dengan memperkuat diri dari dalam. Yakni membiasakan sifat mandiri alias gak tergantung sama orang lain, membekali diri dengan pengetahuan, memupuk rasa percaya diri, dan bertanggung jawab.
Belajar mandiri itu penting untuk masa depan. Ketika ortu ingin menyekolahkan kamu ke luar kota ato luar negeri sekali pun, yang harus ditanamkan pertama kali adalah sikap ingin mandiri.
Mandiri memang gak mutlak berarti melakukan apa2 sendiri. Tentu aja disesuaikan dengan kapasitas dan keberadaan kita. Paling gak, bisa menyelesaikan urusan yang berhubungan dengan diri, baik itu masalah sekolah, pakaian, makanan, atopun persoalan pribadi – itu sudah termasuk mandiri. Apalagi yang sambil sekolah bisa mengembangkan kreativitas dari bakat yang dimiliki. Entah itu bakat menulis, melukis, jadi model, pemain film de el el.
Klo sudah mandiri otomatis bertanggung jawab pada diri sendiri. Tinggal bagaimana kita bisa menambah wawasan dan memupuk rasa percaya diri. Semua ini penting untuk melindungi kita klo lagi diserang kekhawatiran ato kecemasan. Klo kita sudah pinter, punya rasa percaya diri yang tinggi – so pasti gak mudah terpengaruh hal2 yang mencemaskan. Karena, pikiran sehat bisa lebih berperan daripada emosi.

Cara lain

Klo kecemasan sudah terlanjur menghimpit benakmu, gak usah putus asa dulu. Masih banyak cara untuk menghindari ato paling  gak, mengurangi secara perlahan-lahan.

1.   Berdoa kepada Tuhan
Nahh, yang ini apalagi. Berdoalah sama yang di Atas. Insya Allah ada jalan keluarnya, karena Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

2.   Cerita ke temen
Cerita ke temen ato bahkan menuliskan kecemasan2 ke diarymu, sesungguhnya bisa membantu menetralisir suasana. Dengan bercerita aja, sesungguhnya beban kecemasan sudah berkurang. Apalagi, sang teman bisa membantu memberi jalan alternatif untuk keluar dari persoalan yang kita hadapi. Sedangkan, menuliskan ke diary semata-mata hanya untuk mengeluarkan emosi tanpa adanya timbal balik. Tapi itu pun tanpa kita sadari, sudah lebih dari sekadar membantu.

3.   Jangan Anggap Beban
Klo mau cuek dan gak mau direcoki dengan hal2 yang berbau kecemasan, cara yang paling efektif adalah jangan sekali-kali menganggap kecemasan sebagai beban. Toh, yang dicemaskan memang bakal terjadi. Terjadi-terjadi aja. Hadapi aja apa pun akibatnya. Yang penting gak dibebani rasa cemas duluan. Sekarang urusan sekarang, nanti urusan nanti. Gitu aja! Damai dunia! Klo tugas belum dikerjain, yakk udah! Itu kan kerjaan nanti. Trus klo pacar marah gara2 kita ketahuan jalan sama orang lain, udahh itu kan juga masalah nanti. Hahahah.. klo yang ne jangan ditiru yakk.. Harus tanggung jawab donk! :D

4.   Susun Strategi
Kecemasan apa pun bentuknya, salah satu ato bahkan beberapa di antaranya – pernah kita alami. Pasti donk, yang sudah kita alami itu tahu gimana jalan pemecahannya? Klo kebetulan yang dicemaskan itu persoalan baru sama sekali, kita bisa susun strategi lama dengan ‘bumbu’ baru. Klo masih gak bisa juga, minta bantuan ke ortu, guru, kepala sekolah, ketua erte, ketua erwe ato camat skalian. Biar mereka tahu klo kam lagi cemas. Ajak mereka berdiskusi untuk menyusun strategi melawan kecemasan.

So, masih ngerasa cemas?:D

You May Also Like

0 comments

Leave a comment here n let's be friend :)
(follow for follow)