Assalamualaikum wr wb~
Gimana kabar corona kalian, guys? Semenjak covid 19 menghantui seluruh dunia semuanya berubah 180 derajat. You guys have to work at home, dari yang gak betah di rumah sampai dipaksain betah di rumah sebulan lebih ini. Bagi aku yang seorang ibu rumah tangga merangkap freelance writer rasanya sedikit aja yang berubah; lebih waspada jika keluar rumah, selalu gunakan masker everywhere, n a little bit scared if I have to go out. Biasanya anteng - anteng doank keluar rumah tanpa pikir panjang, sekarang harus aware pada setiap jarak orang - orang. Well, I think it's normal lah ya. Secara juga lagi pandemic macam sekarang. Apalagi berita terakhir yang aku dapatkan di daerah tempat tinggalku ada traveller dari Gowa, Sulawesi yang baru aja pulang tanpa kasih kabar ke pihak berwajib. Otomatis bikin warga perumahan disini harap - harap cemas.
Jadi bingung sendiri sama orang - orang yang masih belum mengerti akan dampak dari covid 19 ini. Mereka dengan santainya beranggapan kayak angin lewat aja gitu. Malah mungkin ada yang menyepelekan. Menganggap virus ini semacam penyakit flu biasa. So, they can go everywhere. Malah mungkin sekarang ada yang dengan santainya pulang kampung.
But I can't look just one side donk ya. Mungkin mereka balik ke kampung halaman karena udah gak punya pemasukan lagi untuk ngejalanin hari - hari. Pemerintah pun mewajibkan untuk #stayathome, jadi banyak pegawai yang harus kena PHK dan pedagang pun juga harus mijit - mijit kepala karena pemasukan hampir nol persen. Kadang aku mikir jam - jam sekarang gini pasti ada aja yang belum makan diluar sana. Menangis lirih karena gak ada beras yang buat dimasak atau gak ada uang sepersen pun di dalam dompet. Mau ngadu tapi kemana, coba? Mau menjual sesuatu tapi gak punya barang berharga. Emas gak ada, handphone gak ada, tv juga gak ada dan lain - lain dah. Lalu apa yang harus dimakan ketika kelaparan? Mau melas - melas ke tetangga, eh tetangga juga lebih melas daripada dia. Trus apa, coba?
Well, sedih banget sih ngebayanginnya. N thanks to Allah swt yang hingga kini masih mau berbaik hati sama keluargaku. Masih ada beras buat dimakan, masih ada telor buat diceplok, masih ada bawang buat numis, pulsa listrik juga masih mantep. Tapi aku sendiri n suami kadang gak bersyukur dengan kesederhanaan ini. Malu juga sih~ Hehehe. Diluar sana ada yang dari pagi sampe magrib jalan kaki berkilo - kilo sampe terduduk kelelahan atau bahkan hingga jatuh ke tanah karena belum makan, malah dikira covid 19. Well, kita gak bisa menyalahkan orang. Dalam situasi begini semua orang pastilah berasumsi demikian, karena penyaluran virusnya sendiri pun terlalu mudah.
source |
So, masih ada gak orang - orang yang berkecukupan diluar sana yang berpikiran untuk membantu orang - orang di bawah garis ketidakcukupan?
Masih ada. Bahkan ada beberapa selebgram dan artis yang menyumbangkan n menggalang dana untuk para pejuang garda depan, such as dokter, perawat etc. Melihat perjuangan mereka di tengah orang - orang yang terinfeksi virus semacam covid 19 kadang membuat hatiku yang terbuat dari batu akik ini teriris - iris. Sudah ada 24 dokter yang meninggal karena telah terpapar langsung dari pasien yang mereka tangani. Kalo pun ada yang tidak meninggal karena terjangkit, mereka juga harus melayani pasien selama berbelas - belas jam tanpa makan dan minum. Tenaga dan pikiran pun harus diporsir. Wajar kalo mereka jatuh kelelahan dan akhirnya harus berakhir sama seperti lainnya.
Yang anehnya, kenapa warga heboh sambil berkoar - koar dan bahkan ada yang dengan sengaja melempar parang kearah ambulance yang sedang membawa jenazah dokter dan perawat? Mereka menolak terang - terangan jika jenazah covid 19 harus dikubur diarea wilayah mereka. Well, pemerintah juga gak bisa menyalahkan karena kurangnya pemahaman dan penjelasan dari pemerintah langsung. Mereka cuman dilatih untuk waspada terhadap orang - orang sekitar serta cara melindungi diri sendiri tanpa pembelajaran tentang bagaimana menangani para syahid ini. Mereka yang harus meninggal karena covid 19 ini gak pernah meminta dan mengharapkan bakal terinfeksi (bagi yang sudah berusaha aware n stay away dari bahaya ini lho). Terutama para pejuang garda depan, lalu kenapa mereka harus ditolak mentah - mentah?
Di saat kita berdiam diri di rumah dengan keluarga, mereka harus kerja sambil puasa dengan pakaian yang subhanallah bikin kita ogah untuk makainya. Belum lagi harus nahan pipis n pup. Itu yang nolak sambil lempar batu apa gak punya otak n hati jika suatu hari nanti salah satu keluarga mereka terinfeksi dan meninggal lalu jenazahnya ditolak masyarakat, apa gak nangis darah? Dimana hati nurani mereka, coba?
Maaf, lagi sensitif.
Maka dari itu, cobalah kita berpikir sejenak. Yuk, stay at home, di rumah aja. Dengan begini kita mengurangi beban para pejuang garda depan. Walaupun kita punya sistem imun yang cukup kuat, tapi jangan remehin, karena sapa tau orang - orang didekat kita seperti ibu, bapak, nenek, kakek, adek gak punya imun kayak kamu lho. Tentu aja mereka jadi sasaran empuk covid 19 dan alhasil harus positif.
Bagi kamu yang punya rejeki alhamdulillah lancar cobalah untuk gak terlalu pusing jika harus stay at home mulu. Yang kemaren gak pernah absen dari jalan - jalan, makan - makan, kongkow - kongkow bareng temen, cobalah untuk kalem di rumah. Bayangin di saat - saat begini pastilah ada yang pontang - panting n kelelahan tanpa makan dari pagi harus tetap diluar demi selembar uang. Doakan wabah ini cepat berlalu secepatnya dan kita bakalan nikmatin ramadhan dengan khusyuk. Amin.